Girl from Nowhere: Sisi Bobrok Kehidupan Sekolah

Oleh: Adiwijaya Kusumajati Supama
Foto: Bustle.com

“Sawadee kha, Nanno na kha”, ucapan ini tentu saja sudah tidak asing terdengar setiap Nanno pindah dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Kata-kata ini sering sekali terdengar oleh penonton ‘Girl from Nowhere’ di setiap episodenya. ‘Girl from Nowhere’ adalah salah satu TV series dari Thailand. Serial ini rilis pada tahun 2018 dan telah memiliki 2 season hingga saat ini yang disiarkan oleh Netflix.

Bercerita tentang perjalanan seorang gadis bernama Nanno (Chicha Amatayakul) yang kerap berpindah sekolah dan memiliki kemampuan untuk membongkar sisi kelam, gelap, kebohongan, dan kebobrokan dari kehidupan di sebuah lingkungan sekolah serta menambah bumbu-bumbu kejutan dengan cara “menghukum” pelaku ketidakadilan dan keburukan yang ada di setiap sekolah yang ia sambangi. Tidak ada yang mengetahui asal usul siapa itu Nanno, atau bahkan, apa itu Nanno.

Dalam series ini, Nanno memiliki seorang sidekick bernama Yuri (Chanya McClory). Nanno digambarkan sebagai representasi dari “karma”, sedangkan Yuri memiliki penggambaran sebagai “dendam”. Ya, jika aksi Nanno saja sudah cukup mengernyitkan dahi karena dianggap terlalu brutal, Yuri dapat melakukannya lebih baik dari itu.

Kisah-kisah sadis yang ada di setiap episodenya sebenarnya diadaptasi dari berbagai kejadian nyata dari masalah sosial yang disebabkan oleh berbagai macam keserakahan manusia dan memiliki setting kehidupan sekolah di Thailand. Mulai dari kehidupan sosial yang menyedihkan di sekolah, ospek yang mengandung perundugan dan kekerasan, kasus suap menyuap para pejabat, hingga adu ide tentang sistem edukasi mana yang lebih baik.

Kemudian cerita dikembangkan menjadi hal yang berbanding terbalik dari dunia nyata. Korban lah yang dibuat menjadi tokoh menangan dalam antologi series ini yang kebanyakan merupakan kaum perempuan. Dengan kata lain, Girl from Nowhere menjadi salah satu serial yang memperjuangkan dan menyuguhkan potret wanita untuk saling memberdayakan satu sama lain, khususnya di jenjang kehidupan pendidikan formal seperti sekolah pada umumnya.

Kehadiran Nanno dan Yuri juga memberikan kita multiperspektif akan konsep ego dan hukuman manusia yang njelimet, apakah kita pantas menghukum atau dihukum? Apakah sesuatu yang dianggap benar tidak memiliki celah untuk disalahkan? Apakah orang yang mempunyai wewenang untuk menegakkan hukum sebenarnya lebih layak untuk dihukum? Apakah orang yang dihukum sebenarnya tidak lebih layak untuk dihukum?

“Kejahatan umat manusia itu rumit. Bahkan cinta bisa dijadikan alasan untuk melakukan hal-hal egois. Begitulah manusia.” –  Nanno (Season 2, Episode 8 – The Judgement).

Diterbitkan oleh HIMPUNAN MAHASISWA SASTRA RUSIA UNPAD

Website Resmi Himpunan Mahasiswa Sastra Rusia Universitas Padjadjaran. Line : @tfw6701a Twitter : @himarusunpad Instagram : @himarusunpad Youtube : HIMARUS UNPAD

Tinggalkan komentar