Moskow dan Serba-serbi Rivalitas Derby di Dalamnya

Oleh: Mochammad Ricky Novarismansyah
Foto: The Moscow Times

Membicarakan sepak bola tanpa derby itu bagaikan sayur tanpa garam. Perbincangan tersebut selalu menjadi topik utama tiap kali berlangsung, terutama untuk tim ibu kota. Di kota-kota seperti Roma, London, Madrid, Istanbul, dan berbagai ibu kota lainnya, derby selalu berlangsung panas, tak terkecuali di Moskow.

Saat ini, Moskow sendiri memiliki empat tim yang bermain di liga teratas Rusia; Spartak Moscow, Dynamo Moscow, CSKA Moscow, dan Lokomotiv Moscow. Pertandingan antara Spartak dan Dynamo juga dijuluki sebagai The Oldest Russian Derby. Uniknya, keduanya didirikan pada tanggal yang sama, 18 April, hanya berselisih satu tahun dengan Spartak lebih dahulu pada 1922. 

Selain persaingan di dalam lapangan, ada juga unsur politik yang terlibat di antara keduanya. Pada 1942, pendiri sekaligus pemain Spartak, Nikolai Starostin, ditahan beserta tiga saudaranya akibat terlibat tuduhan perencanaan pembunuhan Joseph Stalin. Starostin bersaudara pada akhirnya diasingkan menuju Siberia selama 10 tahun. Meskipun begitu, ia percaya bahwa dalang yang menyebabkan ia ditahan adalah Laverentiy Beria, pimpinan Dynamo yang juga memiliki jabatan di kepolisian serta merupakan tangan kanan Stalin.

Dynamo memang kental dengan nuansa kepolisian, bahkan mereka punya julukan “менты” atau polisi. Di sisi lain, Spartak merupakan klub yang erat dengan masyarakat. Pertarungan keduanya selayaknya rakyat kecil melawan institusi kaki tangan pemerintah. 

Rivalitas keduanya agak meredup usai runtuhnya Uni Soviet. Terutama pada Dynamo yang mengalami penurunan. Persaingan di kota Moskow yang memanas justru antara Spartak dan CSKA. Pertandingan keduanya saat ini dijuluki sebagai The Main Moscow Derby karena mengalahkan ketatnya persaingan di antara tim-tim Moskow lainnya. Selain itu, keduanya merupakan peraih terbanyak Liga Rusia era setelah Soviet. Spartak dengan 10 gelar sementara CSKA memiliki 6 gelar. 

Spanduk raksasa dengan koreografi unik nan kreatif selalu disajikan oleh ultras saat keduanya saling bertamu ke kandang masing-masing, sebagaimana partai besar seharusnya. Salah satu spanduk ikonik yang pernah dipajang Spartak adalah seekor babi hutan yang menggengam kepala kuda yang terpenggal, merujuk pada julukan “kuda” milik CSKA. 

Selaras dengan persaingan antara Dynamo dan Spartak. Sentimen selain sepak bola juga dimiliki antara CSKA dan Spartak. Jika Dynamo adalah klub yang erat dengan kepolisian, maka CSKA memiliki kaitan erat dengan kemiliteran. Bahkan di era Soviet, CSKA seringkali diuntungkan dalam pemilihan pemain yang bisa direkrut dengan alasan wajib militer. Yah, mungkin kalau versi Indonesia ada Bhayangkara United dan PS TNI kali ya, hehe~

Bisa dikatakan bahwa Spartak merupakan  bentuk perjuangan kelas rakyat melawan kelas penguasa. Nama Spartak sendiri diambil dari seorang budak dari Yunani, Spartacus, yang berjuang demi kebebasan melawan Republik Romawi. Dan hebatnya, Spartak memang terbukti lebih sukses dibandingkan klub yang dibekengi pemerintah. 

Terlepas dari persaingan dengan tajuk akbar yang dimiliki Spartak, Dynamo, dan CSKA, Lokomotiv Moscow juga tidak dapat dianggap remeh. Lokomotiv yang dahulu memang dipegang oleh kementerian transportasi Soviet di bidang kereta api telah memenangi tiga gelar Liga Rusia. Namun, persaingan antara ketiga tim sebelumnya memang jauh lebih panas dikarenakan faktor sejarah dan sentimen di luar lapangan. Hal tersebut mungkin yang menyebabkan Spartak Moscow menjadi salah satu klub dengan basis pendukung terbesar di Rusia.

Diterbitkan oleh HIMPUNAN MAHASISWA SASTRA RUSIA UNPAD

Website Resmi Himpunan Mahasiswa Sastra Rusia Universitas Padjadjaran. Line : @tfw6701a Twitter : @himarusunpad Instagram : @himarusunpad Youtube : HIMARUS UNPAD

Tinggalkan komentar