Tradisi Tempur Sarung di Bulan Ramadhan

Oleh: Aditiya Syahri Ramadhan
Foto: metropolitan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling ditunggu oleh seluruh umat muslim di dunia, bulan ini dipercayai umat muslim sebagai bulan yang mempunyai banyak keberkahan serta sebagai ladang untuk memperoleh banyak pahala. Oleh karena itu, di bulan ini umat muslim berlomba-lomba memperbanyak ibadah serta berbuat kebaikan.

Setiap tahunnya masyarakat muslim di Indonesia mempunyai tradisi dan kebiasaan masing-masing di bulan Ramadhan. Ada yang menghias rumahnya dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, ada yang gemar membangunkan sahur, ada yang ikut kegiatan majelis dan tentunya semua itu merujuk kepada hal kebaikan. Namun, bukannya berbuat kebaikan, dewasa ini bulan Ramadhan justru dimanfaatkan oleh sejumlah remaja untuk Tempur Sarung.

Tempur Sarung adalah sebuah permainan iseng anak muda sehabis pulang shalat tarawih, mereka menggulung sarung mereka hingga berbentuk semacam pecut yang kemudian diputar-putar dan menjadikan teman mereka sebagai target. Namun, karena merasa tidak terima dijadikan target, kemudian mereka saling balas satu sama lain hingga terjadilah pertempuran, dari yang awalnya konflik antar personal kemudian tumbuh menjadi konflik antar gang, antar RT hingga antar kampung.

Biasanya yang terlibat Tempur Sarung adalah kelompok remaja laki-laki, mereka berkumpul sesuai domisilinya untuk bertarung dengan kelompok wilayah lain. Kelompok remaja itu terdiri dari berbagai usia, biasanya yang paling tua dan yang paling jago menjadi ketua dari masing-masing kelompok, sebaliknya yang paling muda diantara mereka dijadikan baris terdepan dalam pertempuran Sarung tersebut.

Dalam Tempur Sarung, senjata yang digunakan biasanya tidak hanya pecut atau sarung yang digulung-gulung saja, namun juga menggunakan senjata variasi dengan mengikat kawat di ujung sarung, tujuannya jelas untuk melukai lawan. Tak hanya itu, dalam dunia Tempur Sarung biasanya erat kaitanya dengan melempar batu, namun bukanya mengenai target malahan batu tersebut banyak mengenai rumah warga hingga memicu amarah warga setempat.

Dalam beberapa tahun terakhir tradisi Tempur Sarung tetap terjadi, bahkan pertarungan yang tadinya dilakukan saat malam hari bertambah saat tengah malam menuju waktu subuh. Mereka para remaja yang ikut serta terlibat Tempur Sarung sering meninggalkan shalat Tarawih, mereka kabur dari mushola atau masjid menuju arena pertempuran.

Kerugian-kerugian akibat Tempur Sarung yaitu berserakanya batu-batu, pecahan beling, serta kawat-kawat di jalan, belum lagi para bala pasukan Tempur Sarung yang memar, benjol hingga sampai ada yang menderita pendarahan di kepala paskah pertempuran. Oleh karena itu,  kepolisian dengan bantuan para warga setempat biasanya melerai dan memberikan sanksi kepada kedua pihak yang terlibat Tempur Sarung. Namun, terkadang karena lemahnya pengawasan kepolisian sehingga peristiwa ini sering terjadi dan terulang kembali tahun demi tahun.

Tradisi buruk ini menjadi suatu rutinitas tiap tahunya bagi sejumlah remaja di berbagai daerah. Misalnya di tempat penulis tinggal, masih saja rutin terjadi peristiwa Tempur Sarung. Menurut Ciul, seorang remaja yang pernah ikut Tempur Sarung, ketika ditanyai melalui chat Whatapps pribadi, ia mengatakan “Tempur Sarung itu emang udah kebiasaan, jadi penyebab dan alasanya itu gaada, mungkin karena awalnya saling ngata-ngatain antar kampung juga kali yaa, terus kondisinya lagi bawa sarung, jadi aja Tempur Sarung wkwkw”, kemudian ia berpendapat “kalau jaman sekarang disini mah ga sekeras dulu tempurnya, paling cuman tempur antar temen doang, tapi yaa tetep aja memar wkwkwk”  (Sabtu 17-April-2021, pukul 22.23).

Tempur Sarung tentunya merupakan tradisi yang sangat merugikan, baik kepada pelaku yang terlibat maupun warga sekitar yang ikut serta merasakan dampaknya. Sebagai remaja khususnya umat muslim, di bulan Ramadhan ini seharusnya lebih meningkatkan ibadah dan melakukan hal yang bermanfaat serta menyadari semua kerugian-kerugian yang akan ditimbulkan akibat Tempur Sarung. Marilah berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya:) Wassalam.

Diterbitkan oleh HIMPUNAN MAHASISWA SASTRA RUSIA UNPAD

Website Resmi Himpunan Mahasiswa Sastra Rusia Universitas Padjadjaran. Line : @tfw6701a Twitter : @himarusunpad Instagram : @himarusunpad Youtube : HIMARUS UNPAD

Tinggalkan komentar