Meluruskan Narasi Masyarakat yang Salah terhadap Seorang Jerinx, dari Sudut Pandang Seorang Pengikutnya (yaitu Saya)

Oleh: Muhammad Fahrian Hafizh
Foto: bisnis.com

Jerinx mungkin saja dilihat orang-orang sebagai biang rusuh, megalomaniak yang sering halu, dan seorang yang percaya bahwa Covid-19 tidak ada. Tapi tunggu dulu, argumen diatas tidak tepat!

Ada banyak narasi yang berkembang tentang apa sebenarnya yang sedang disuarakan seorang Jerinx. Kebanyakan salah dan dilebih-lebihkan, sisanya memang harus diakui bahwa Jerinx memang seorang yang sangat vokal dan lantang menyuarakan ketidakadilan. Mulai dari kampanye #BaliTolakReklamasi di Teluk Banoa, kritikan terhadap turis dari Pulau Jawa yang disebutnya ‘menghancurkan Bali’ dengan merusak pantai dan tidak menaati budaya lokal setempat, hingga yang terakhir, pandangannya terhadap Covid-19.

Saya sebagai seorang Outsiders (sebutan untuk penggemar Superman Is Dead) memang sudah mengikuti Jerinx jauh sebelum pandemi ini dimulai. Ketika pandemi ini mulai naik ke permukaan dan Jerinx semakin berisik dalam menyebarkan berita tentang Covid-19 menurut pandangannya, saya tidak buru-buru meng-unfollownya. Saya cukup tertarik mengikuti perkembangan narasi yang dibawa Jerinx dan bahkan secara rutin mengecek akun instagramnya sembari berbicara dalam hati “hayo, mau ngomongin apaan lagi hari ini?”

Karena sudah kadung mengikutinya di instagram sejak lama, saya merasa terpanggil untuk meluruskan argumen masyarakat terhadap Jerinx yang misleading dengan harapan tidak ada lagi false opinion yang beredar di masyarakat.

DISCLAIMER: Saya bukan seorang anti-vax, malah saya divaksin tanggal 6 Juli. Saya juga selalu taat prokes terutama memakai masker, dan yang terpenting adalah saya hampir 90 persen menghabiskan kegiatan dalam satu minggu di rumah saja. Selain karena Covid-19, saya juga bokek alias tidak punya uang untuk nongkrong di kedai kopi secara rutin.

1. Jerinx Tidak Percaya dengan Adanya Covid-19

Argumen tidak percaya Covid-19 adalah miskonsepsi paling umum yang sering saya lihat berseliweran di medsos. Argumen yang sangat tajam dan membuat banyak pihak antipati terhadapnya. Nyatanya, Jerinx tidak pernah berkata bahwa Covid-19 ini tidak ada. Jerinx dengan sadar mengatakan bahwa Covid-19 benar adanya. Namun yang menjadi concern darinya adalah Covid-19 tidak seberbahaya yang media katakan. Ia beropini bahwa Covid-19 pada akhirnya hanyalah penyakit biasa yang akan sembuh juga, kecuali bagi yang memiliki komorbid. Maka dari itu, Jerinx menyangsikan angka kematian karena Covid-19 dan menganggap banyak pasien Covid-19 yang meninggal karena penyakit bawaannya, namun pihak rumah sakit sengaja menganggapnya positif Covid-19. False positivity ini dengan tegas dilawannya dengan argumen bahwa pihak keluarga-lah yang harus mengurus pemakamannya.

Sebelum dipenjara, ia berkata bahwa angka kesembuhan dari Covid-19 juga tinggi, dibandingkan media membagikan angka kematian, mengapa tidak membagikan berita positif yakni angka kesembuhan dari Covid-19. Ketakutan masyarakat akan tingginya rasio kematian Covid-19 inilah yang juga menjadi hal yang ia suarakan. Maka dari itu, ia selalu mengajak masyarakat untuk mematikan televisi dan tidak mengikuti media yang disebutnya pengecut.

2. Jerinx Tidak Percaya akan Hasil Swab Test Covid-19

Munculnya opini ini disinyalir karena kerasnya Jerinx mengkritisi Ikatan Dokter Indonesia yang menjadikan tes rapid Covid-19 sebagai persyaratan ibu yang ingin melahirkan. Karena opini inilah, lahir jargon yang membuat Jerinx dibui selama 10 bulan, yaitu “IDI Kacung WHO”. Harus dicatat Jerinx percaya akan tes Covid-19, bahkan ia sendiri pernah dites sebelum masuk ke penjara (dan hasilnya negatif). Yang ia coba suarakan adalah mengapa ibu hamil harus merogoh kocek lebih dalam untuk sekadar tes rapid yang disyaratkan rumah sakit.

Jerinx sering mengutip berita tentang ibu hamil dalam narasinya di instagram. Ia pernah membagikan cerita tentang seorang ibu yang keguguran karena ketika persalinan harus memakai masker yang menyebabkan ngeden sang ibu jadi tidak maksimal dan akhirnya si ibu mengalami hipoksia. Itulah yang coba dikritisi Jerinx, mengapa rumah sakit menyulitkan ibu hamil untuk melahirkan anaknya dengan mudah dan dengan selamat.

3. Jerinx Anti Penggunaan Masker

Sangat mudah bagi masyarakat untuk mengafiliasikan Jerinx sebagai orang yang tidak taat protokol kesehatan, termasuk pada penggunaan masker. Kenyataannya adalah Jerinx tidak anti pada penggunaan masker. Ia beberapa kali memakai masker ketika berada dalam pengadilan dan ketika akan dimasukkan ke penjara. Ketika ia melakukan program bagi-bagi sayuran dan makanan bagi masyarakat yang terdampak Covid-19 di Twice Bar pula, ia tanpa pandang bulu membagikan makanan kepada semua orang yang hadir, tanpa memaksa mereka membuka maskernya.

Bicara tentang Twice Bar, bar musik yang dimilikinya kerap kali menggelar acara musik independen. Acara-acara musik tersebut bisa dilihat melalui instagram Twice Bar. Yang unik adalah pada tiap poster yang dibagikan oleh instagram Twice Bar, selalu ada imbauan untuk memakai masker dan menaati protokol kesehatan. Keren juga ya bli Jerinx, propaganda anti konspirasi Covid-19 ga berhenti, tapi masker jalan terus.

Lalu sebenarnya apa yang disuarakan Jerinx? Yang menjadi fundamental thinking seorang Jerinx adalah adanya konspirasi yang dilakukan oleh elit global dalam memperkaya diri mereka sendiri melalui Bio Pharma, organisasi kesehatan yang berinduk kepada WHO. Upaya memperkaya diri yang dilakukan elit global ini adalah melalui penjualan masker secara global, obat-obatan Covid-19, dan tentunya vaksin. Dalam narasi yang disampaikan Jerinx juga, Bio Pharma tidak melakukan ini sendiri. Para elit global ini menggunakan kekuatan mereka melalui boneka-boneka yang berada di bawah kendalinya, termasuk pemerintah dan media. Maka dari itu, Jerinx banyak menyinggung tentang media yang menyebarkan berita berisi ketakukan agar masyarakat semakin takut terhadap Covid-19.

Percaya atau tidak, itu urusan anda. Saya sendiri masih mengikuti Jerinx karena reaksinya yang saya nilai lucu. Bagaimana ia diisengi oleh Bintang Emon yang mengaku di-endorse Covid-19 adalah hiburan bagi saya. Sejauh ini, saya memercayai dua hal yang disuarakan Jerinx. Pertama, bahwa Covid-19 ini harus diwaspadai, tapi bukan untuk ditakuti. Dan yang kedua, Nora Alexandra adalah wanita paling mengagumkan di dunia ini. (Semoga Jerinx nggak baca kalimat terakhir ini, saya takut nanti tiba-tiba ada yang mengirimi saya pesan “DM emailmu, Sat!”)

Diterbitkan oleh HIMPUNAN MAHASISWA SASTRA RUSIA UNPAD

Website Resmi Himpunan Mahasiswa Sastra Rusia Universitas Padjadjaran. Line : @tfw6701a Twitter : @himarusunpad Instagram : @himarusunpad Youtube : HIMARUS UNPAD

Tinggalkan komentar