Jangan Jual Buku Preloved Terlalu Mahal Karena Hakikatnya Untuk Dibaca

Oleh: Mochammad Ricky Novarismanyah

picture: gensindo.sindonews.com

Pertama kali saya mendengar istilah preloved adalah melalui instastory dari beberapa orang di lingkup instagram saya yang membagikan unggahan pakaian bekas mereka untuk dijual. Hanya saja istilah pakaian bekas tersebut diganti dengan “preloved”.

Awalnya saya merasa istilah ini terlalu berlebihan. Preloved? Dahulunya dicintai gitu kah? Serasa biar kedengaran keren saja karena memang konotasi “bekas” sendiri punya makna serasa barang jelek. Atau supaya penggunaan Bahasa Inggris bisa menaikan harga, seperti es teh menjadi ice tea yang harganya jadi dua kali lipat.

Namun, setelah saya memang terjun dalam dunia preloved, terutama dalam dunia preloved buku. Saya sendiri menyadari bahwa buku-buku yang saya jual memang dahulunya sempat menjadi kesayangan saya. Bagaimana buku tersebut berhasil membuat saya tertawa atau terharu.

Orang-orang pun pastinya punya alasan tersendiri dalam menjual buku mereka. Yang paling banyak saya temukan adalah BU alias butuh uang. Meskipun begitu, sesekali saya juga menemukan orang yang menjual buku mereka untuk sekedar mengurangi buku fisik atau ingin berbagi buku mereka.

Bahkan, ada juga yang dengan sukarela mau membagikan buku mereka secara gratis hanya dengan syarat membayar ongkos kirim. Ada pula orang yang sengaja membagikan buku lamanya setelah membeli buku baru. One in one out.

Saya sendiri termasuk orang yang beruntung karena pernah menemui orang seperti itu. Saya yang awalnya berniat membeli buku preloved lalu ditawari secara cuma-cuma dan hanya perlu membayar ongkir saja. Buat saya, seseorang seperti ini memang sosok yang disebut bibliophile alias seseorang yang mencintai buku.

Dari kejadian tersebut saya mulai mengurangi harga dari buku preloved yang saya akan jual karena tahu bahwa di luar sana, ada orang yang ingin membaca buku saya. Yah, tentunya tetap memperhatikan kondisi buku juga. Kalau memang masih terlampau bagus, tidak akan terlalu murah, tapi juga tidak akan terlalu mahal.

Lagi pula, menjual buku apalagi buku preloved bukanlah sesuatu yang sepatutnya dijadikan lapak mencari keuntungan. Kecuali kalau hal itu memang pekerjaan utama orang tersebut.

Pada dasarnya, buku memang untuk dibaca dan kurang baik jika hanya mendiamkannya saja di rak buku. Kalau pun memang tidak ingin dijual, coba pinjamkan pada kawan (selama bisa menjaganya tentu tidak masalah). Yah, memang ada juga sih buku yang tipenya hanya sebagai koleksi atau biasa dikenal sebagai collector’s edition. Untuk yang satu ini, wajar saja jika gunanya untuk dipajang.

Saya selalu membayangkan bahwa buku yang saya jual bukan hanya memberi kebahagiaan pada pembeli karena mendapatkan buku baru, melainkan pada sang buku itu sendiri karena setelah sekian lama meringkuk di rak buku, ia akhirnya dibaca kembali.

Diterbitkan oleh HIMPUNAN MAHASISWA SASTRA RUSIA UNPAD

Website Resmi Himpunan Mahasiswa Sastra Rusia Universitas Padjadjaran. Line : @tfw6701a Twitter : @himarusunpad Instagram : @himarusunpad Youtube : HIMARUS UNPAD

Tinggalkan komentar